
Acara Workshop Online Diplomasi dan Publik Speaking. Pada
hari ke-2 dengan tema “Soft Diplomasi” tersebut yang di isi oleh Mohammad Reza
Adenan (Kepala Sub Direktorat Jasa Konsuler WNA) yang di laksanakan melalui
Zoom Meeting dan You Tube Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas
STEKOM) dan di hadiri oleh mahasiwa dan masyarakat umum. Beliau menjelaskan
tentang Soft power Diplomacy. Kemampuan mempengaruhi orang lain untuk
memperoleh hasil yang satu ingin melalui daya tarik dan persuasi alih-alih
paksaan atau pembayaran. Sebagai bagian dari masyarakat internasional, diplomasi
harus digunakan sebagai metode komunikasi yang berdasarkan pada nilai-nilai
goodwill, solidaritas dan kemanusiaan, terutama untuk menemukan saling pengertian
dalam konteks multilateral.
Penjelasan selanjutnya yaitu penjelasan dari Dr. Ayu Larasati, S.Sos., M.Ikom. menjelaskan tentang Soft Diplomacy. Soft Diplomasi itu merupa. cara suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya melalui pendekatan sosial dan bud. Joseph Nye, Jr (1990) , salah satu tokoh terkenal dengan ide soft power diplomacy. Ia berpandangan soft power diplomacy sebagai kemampuan suatu negara untuk mencapai keinginan melalui budaya, nilai, kebijakan luar negeri tanpa ada unsur pemaksaan (embargo, kekuatan militer, atau kecaman).
Salah satu negara yang terkenal mengedepankan ide soft diplomacy dalam hubungan internasional adalah Cina (Tiongkok). Ide yang dikembangkan Cina dalam soft power meliputi Responsible power (kekuatan tanggung jawab), New security concept (konsep keamanan baru), Peaceful rise and development (perkembangan perdamaian dan pembangunan) Good neighbor policy (kebijakan bertetangga yang baik).
Dalam
beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia terlihat kian aktif dalam
percaturan internasional. Indonesia kini kembali memiliki leverage, bobot, dan postur
yang cukup disegani untuk memainkan peran lebih besar dalam kancah
internasional. Salah satu faktor lain yang memperkuat leverage Indonesia adalah
keberhasilannya dalam mengembangkan demokrasi; dan ini menjadi lebih istimewa
lagi, karena pengembangan demokrasi itu berlangsung di negara yang paling
banyak penduduk. Salah satu aktualisasi soft diplomacy Indonesia adalah
menyelenggarakan Bali DemocracyForum (BDF). Percakapan tentang demokrasi dalam
BDF lebih bersifat inklusif; tidak ada upaya 'menggurui' apalagi 'menekan'
negara-negara yang belum demokratis untuk segera melakukan transformasi politik
menjadi demokrasi. Soft diplomasi khas Indonesia, yaitu lebih cenderung
merangkul daripada memojokkan. Penjelasan lengkapnya bisa tonton di https://youtu.be/E5gV-MYpMz4