WORKSHOP ONLINE DIPLOMASI DAN PUBLIK SPEAKING (HARI KE-10) “Strategi dan Tantangan Diplomasi Digital di Masa Pandemi Covid-19”

WORKSHOP ONLINE DIPLOMASI DAN PUBLIK SPEAKING (HARI KE-10) “Strategi dan Tantangan Diplomasi Digital di Masa Pandemi Covid-19”

Acara Workshop Online Diplomasi dan Publik Speaking. Pada hari ke-10 dengan tema Strategi dan Tantangan Diplomasi Digital di Masa Pandemi Covid-19 tersebut yang di isi oleh H.E Chalief Akbar (Duta Besar RI di Aljazair) dan Dr. Ayu Larasati, S.Sos., M.Ikom. yang di laksanakan melalui Zoom Meeting dan You Tube Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) dan di hadiri oleh mahasiwa dan masyarakat umum. H.E Chalief Akbar menjelaskan tentang Strategi dan Tantangan Diplomasi Digital di Masa Pandemi Covid-19. Diplomasi digital, Indonesia telah menjadikan diplomasi digital sebagai dari transformasi strategi diplomasi pada tahun 2017. Melalui penggunaan media sosial twitter, Instagram, Youtube, dan pengembangan situs kementrian luar negeri  dan perwakilan RI. Adapun kegiatan-kegiatan diplomatic virtual diantaranya yaitu pertemuan multilateral, negosiasi, business meeting, pelayanan kekonsuleran, dan dialog interaktif.

 

Diplomasi digital, tentu saja selama pandemi (covid-19) diplomasi dilakukan secara virtual segera terbukti hal itu berharga. Sekarang ini, para pemimpin dunia tidak mesti bepergian ke luar negeri untuk menghadiri pertemuan-pertemuan (internasional). Mereka dapat mengirim pidato telah direkam sebelumnya atau berpidato langsung secara virtual.

 

Manfaat diplomasi digital diantaranya yaitu penyebaran pesan perdamaian, penyelesaian konflik, dukungan politik internasional dengan lebih mudah melalui media sosial, alat untuk penguatan kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional, alat untuk melindungi warga negara secara lebih efisien, misal untuk pelayanan vida dan paspor, dan alat untuk memajukan pembangunan (strategi baru untuk meningkatkan komunikasi antar negara). 

 

Tantangan diplomasi digital diantaranya yaitu (1) satu, diplomasi digital bukan pengganti diplomasi konvensional pada umumnya, “Diplomasi digitail belum bisa sepenuhnya menggantikan diplomasi tatap muka”(retno marsudi). (2) dua, kesulitan mengontrol interaksi antar aktor karena luasnya jaringan menjadi tantangan implementasi. (3) tiga, komitmen dan kontinutas penyelenggaraan diplomasi digital, kementrian luar negeri telah menetapkan diplomasi digital sebagai bagian dari peta strategi sejak tahun 2017. (4) empat, insfrastruktur dan anggaran, peningkatan anggaran dan pembangunan infrastruktur digital.

 

Manfaat penggunaan media sosial bagi perwakilan RI dan diplomat diantaranya yaitu membangun kedekatan dengan public (closeness), membentuk opini masyarakat (shaping peoles opinion), membangun jejaring sosial (networking), alat komunikasi (tools of communication), sumber informasi (source of information) dan keterbukaan antara pemerintah/jabatan pemerintah dengan publik umum (transparency)

 

Gabungan antara diplomasi secara fisik dan digital atau diplomasi hybrid akan menjadi norma baru setelah pandemic covid-19 berakhir. Semua negara harus bersiap menghadapi hal tersebut dan untuk itu ada sejumblah Langkah yang harus diambil, terutama untuk tetap mempertahankan keamanan dan etika. Kekhawatiran tentang keamanan siber, privasi data, dan tata Kelola internet harus diatas untuk menciptakan lingkungan diplomasi digital yang terpercaya.

 

Dr. Ayu Larassati, S.Sos., M.Ikom. menjelaskan tentang Strategi dan Tantangan Diplomasi di masa covid-19. Tingkatan Implementasi Diplomasi Digital yaitu awal, menengah, dan akhir. Awal, adanya ketersediaan layanan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan dalam diplomasi. Menengah, dicirikan interaksi diantaranya pemerintah dan warga negaranya. Akhir, dicirikan dengan fitur komunikasi yang sangat maju dan lengkap dalam mendukung upanya diplomasi melalui perangkat digital.

 

Diplomasi digitial (e-diplommacy), sebagaimana Fergus Hanson merupakan penggunaan internet serta teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka mencapai tujuan diplomatik.

 

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, ada empat manfaat yang telah dirasakannya dalam diplomasi digital yaitu menyebarkan pesan perdamaian, penyelesaian konflik, dukungan politik internasional dengan lebih mudah melalui media sosial. Alat untuk menguatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional. Alat untuk melindungan warga negara secara lebih efisien, misal untuk pelayanan visa dan paspor. Alat untuk memajukan pembangunan, karena diplomasi digital menjadi strategi baru untuk meningkatkan komunikasi antar negara yang akan menanamkan investasi.

 

Peluang diplomasi digital diantaranya yaitu terus mendorong keterbukaan informasi. Partisipasi masyarakat lebih mudah, khususnya anak muda. Dan menciptakan solusi dan inovasi. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://youtu.be/w9I29QAEiqA