Indonesia ID 
English EN
Dalam rangka memperingati HUT RI KE-77 di Istana Merdeka Penyanyi cilik Farel Prayoga mencuri perhatian publik usai menyanyikan lagu "Ojo Dibandingke". Jelas bahwa cara orang menikmati musik berubah. Hal tersebut dijelaskan oleh Dosen Pendidikan Seni dan Kebudayaan Universitas Sains dan Teknologi Komputer Juni Amanullah M.Pd.
"Awalnya musik dangdut ritmik Jawa yang sama dinikmati oleh masyarakat kelas pekerja di daerah rural (pedesaan) dan suburban (pinggiran kota). Itu ada dan sangat dihargai bahkan di hadapan pemerintah," jelasnya. Banyaknya orang yang menari membuktikannya. Bagi Juni, upacara proklamasi dulunya identik dengan kesucian, kekhidmatan, dan emosi. Seiring berjalannya waktu, Anda bisa bersenang-senang, bahagia, dan bahkan menari.
"Kemerdekaan bukan lagi soal pergerakan nasional, tapi gerak tari yang menggembirakan," tambah dosen pendidikan seni dan kebudayaan itu.
Dosen pendidikan seni dan kebudayaan Universitas Universitas Sains dan Teknologi Komputer Juni Amanullah M.Pd, Menurutnya, salah satu faktor yang melatar belakangi perubahan selera musik dangdut itu adalah karena dangdut tidak terbatas pada irama Melayu dan Indonesia. Namun, irama campursari dan Mataraman adalah Jawa. Namun apa yang bersifat lokal justru diterima di tingkat nasional.
Dalam hal ini, Juni percaya bahwa membuat lagu anak-anak tidak seramai di tahun 80-an dan 90-an. Namun, setiap orang dapat menyaring dan memilih karya dan lagu yang layak untuk dikonsumsi baik di ruang publik maupun di ruang publik. "Pengajaran media dan literasi seni diperlukan untuk mempercepat kapasitas filter. Fenomena Farel Prayoga dapat menginspirasi semua orang yang terlibat untuk berpikir tentang bagaimana anak-anak dapat terdidik melalui musik dan media terkini".
(Foto: Youtube/Sekertariat Presiden )