
Semarang, 16 Februari 2023 Prodi
D3 Teknik Elektronika Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas
STEKOM), bekerja sama dengan FTE Universitas Udayana Bali, FTE Institut Teknolgi
(ITN) Malang, FTE Universitas Ibn Khaldun Bogor, Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia
Cerdas (PTIC), STIE STEKOM, Perkumpulan Komunitas Industri dan Vokasi Indonesia
(PERKIVI) dan Toploker.com, Sukses dalam
menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema
“Tantangan dan Peluang Pengembangan EBT Tahun 2023”.
Acara Webinar Nasional Tantangan dan Peluang
Pengembangan EBT Tahun 2023 tersebut diselenggarakan Kamis, 16 Februari 2023
Pukul 13.00 s.d 16.00 WIB yang di laksanakan
melalui Zoom Meeting dan You Tube Universitas Sains dan Teknologi Komputer
(Universitas STEKOM) dan di hadiri oleh mahasiwa dan masyarakat umum.
Webinar Nasional ini Menghadirkan 4 Narasumber, narasumbernya yaitu Ir. I Nyoman Serta Kumara, S.T., M.Sc., Ph.D. (Dosen FTE Universitas Udayana Bali), Awan Uji Krismanto, ST, MT, Ph.D. (Dosen FTE ITN Malang), Dr.-Ing. Oo Abdul Rosyid (Dosen FTE Universitas Ibn Khaldun Bogor), dan Dr (c) Drs. Bambang Suharto, M.Kom. (Dosen Universitas STEKOM Semarang)
Dalam pemaparan narasumber yang pertama Dr.-Ing. Oo Abdul Rosyid (Dosen FTE Universitas Ibn Khaldun Bogor) menjelaskan tentang Pengembangan Teknologi Energi Terbarukan untuk Penyediaan Listrik Berkelanjutan di Indonesia. Energi (khususnya Listrik) mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional, baik sebagai bahan baku bagi sektor industri meupun sektor-sektor penggerak pembangunan. Indonesia masih mengandalkan sumber energi fosil (seperti minyak bumi, batu bara, dan gas) untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang terus meningkat. Persediaan nahan bakar fosil yang semakin langka dan mahal, dan memiliki dampak negatif terhadap dampak lingkungan. Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan yang melimpah (seperti surya surya, air, angin, panas bumi, biomasa, dll), yang jika dimanfaatkan secara optimal dapat memenuhi kebutuhan energi yang keberlanjutan. Penerapan teknologi energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan energi fosil, menciptakan sumber energi yang bersih dan berkelanjutan, serta dapat meningkatkan kemandirian energi nasional. Indonesia memiliki target pengurangan emisi pada tahun 2030 sebesar 29% dan menargetkan penggunaan energi terbarukan secara nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Pada webinar ini akan dibahas mengenai potensi energi terbarukan, pengembangan teknologi energi terbarukan, serta peluang dan tantangan dalam pengembangannya.
Dampak Lingkungan. Penggunaan energi membawa dampak negatif
bagi lingkungan, akibat pembakaran energi fosil: emisi partikel, VHC, SO2, dan NOX,
dan emisi CO2 (dampak global). Emisi CO2 dapat meningkatkan konsentrasi Gas
Rumah Kaca (GRK), sebagai salah satu penyebab dari terjadinya pemanasan global. Dampaknya - memicu meningkatnya suhu permukaan bumi,
menimbulkan perubahan iklim secara global. Mitigasi - dapat dicapai melalui
pemanfaatan energi terbarukan dan melakukan konservasi energi.
Sumber Energi Terbarukan. Energi terbarukan (ET) adalah
energi yang diperoleh dari keberlanjutan atau pengulangan arus energi yang
terjadi di alam. Contoh ET termasuk energi surya, energi angin, energi air, energi panas
bumi, bioenergy, dll. ET berpotensi besar dalam membantu mengurangi
ketergantungan pada sumber energi fosil yang terbatas, mengurangi emisi gas
rumah kaca, serta meningkatkan ketahanan energi nasional.
Perkembangan Teknologi Energi Terbarukan. Perkembangan
Energi Terbarukan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Teknologi ET dikategorikan sebagai energi yang
bersih dan aman, dan dapat menurunkan emisi CO2. Pemerintah RI telah
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong pengembangan EBT, seperti
target bauran EBT 23% (2025) dan 31% (2050), memberikan insentif fiskal dan
non-fiskal bagi para investor ET (seperti bebas pajak impor untuk komponen
PLTS), dll. Beberapa teknologi energi terbarukan (RET), antara lain: Teknologi
konversi energi surya (solar PV, solar thermal), Teknologi Konversi energi
angin (wind turbine, windmill), Teknologi konversi energi hidro (micro-hydro),
dan Teknologi Konversi energi panasbumi (geothermal), dll.
Teknologi Konversi Energi Surya. Matahari merupakan
sumber energi surya, bola
gas pijar, suhu permukaan 6.000°C, diameter 1.39 x
109m, dan jarak dari bumi 1.5 x 1011m. Jumlah total radiasi matahari di luar
atmosfir bumi bervariasi antara 1325 – 1412 W/m2; 1367 W/m2 (Solar constant). Bumi
menerima energi dari matahari, ±50 milyar kWh/detik, kebutuhan energi primer di
bumi hanya ±3 juta kWh/detik (0.0006%). Energi surya dapat diubah melalui
peralatan tertentu menjadi energi dalam bentuk lain, yakni panas dan listrik.
Teknologi Konversi Energi Angin. Energi angin
merupakan energi yang relatif bersih dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
emisi CO2 atau gas-gas lain. Teknologi energi angin yang dikembangkan baik untuk aplikasi menanik
(mis. pompa air) maupun pembangkit listrik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/PLTB).
Kapasitas terpasang turbin angin (PLTB) di dunia pada tahun 2020 telah mencapai
743 GW. PLTB terpasang di
Indonesia >> 135 MW dengan Wind farm terbesar 75 MW (Sidrap) dan 60 MW (Janeponto).
Target kapasitas PLTB di Indonesia tahun 2025, yakni 255 MW.
Teknologi Konversi Energi Air. Pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) - mengkonversi energi kinetic air yangjatuh/ mengalir untuk
menghasilkan listrik. Proses pembangkitan listrik tenaga air sangat efisien dan ramah lingkungan
karena tidak memerlukan bahan bakar fosil, tidak menghasilkan emisi gas rumah
kaca, dan tidak menghasilkan limbah berbahaya. PLTA di Indonesia sebagian besar
terletak di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Beberapa PLTA terbesar di
Indonesia antara lain PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Kedungombo. Total
kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terpasang di Indonesia pada akhir
tahun 2021 mencapai sekitar 9.554,9 MW atau sekitar 12,74% dari potensi yang
ada (75.000 MW). Energi mikrohidro yang bersumber dari sumber air pegunungan
juga memiliki potensi besar di Indonesia. Pemanfaatan energi ini dapat
digunakan pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mini (PLTM) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Siklus Hidrologik. Siklus arus udara mendorong pasokan
air Bumi melalui siklusnya sendiri, yang disebut siklus hidrologi. Saat
matahari memanaskan air menguap menjadi uap di udara. Matahari memanaskan
udara, menyebabkan udara naik di atmosfer. Udara lebih dingin di atas, sehingga
uap air naik, mendingin, mengembun menjadi tetesan. Ketika cukup banyak tetesan
terakumulasi di satu area, tetesan tersebut mungkin menjadi cukup berat untuk
jatuh kembali ke Bumi sebagai hujan.
Pengembangan teknologi energi terbarukan merupakan langkah penting dalam penyediaan listrik berkelanjutan di Indonesia. Meskipun masih menghadapi beberapa tantangan dan hambatan, pengembangan teknologi energi terbarukan memiliki potensi dan peluang yang besar. Peran pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam mendukung pengembangan teknologi energi terbarukan di Indonesia sangat penting. Dengan demikian, pengembangan teknologi energi terbarukan dapat menjadi solusi dalam menyediakan listrik berkelanjutan yang bersih dan terjangkau di Indonesia. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/LxvxpYAfe_8?feature=share
Dalam pemaparan narasumber yang kedua Ir. I Nyoman Serta Kumara, S.T., M.Sc., Ph.D. (Dosen FTE Universitas Udayana Bali) menjelaskan tentang Peluang dan Tantangan Pengembangan PLTS Sebagai Sumber EBT di Indonesia. Dampak Teknis Interkoneksi PLTS Terhadap PLN. Sifat intermiten PLTS dapat mempengaruhi kestabilan tegangan (V) dan kestabilan frekwensi (f) dari sistem kelistrikan. Jika daya output PLTS turun misalnya akibat perubahan cuaca, maka penurunan daya output ini dapat menyebabkan fluktuasi tegangan dan frekwensi sistem kelistrikan dimana PLTS tersebut terhubung. Agar pelanggan/ peralatan pelanggan tidak mengalami gangguan akibat fluktuasi tegangan dan frekwensi, PLN harus menjaga agar tegangan dan frekwensi jaringan stabil sesuai dengan standar. Agar bisa melakukan pengaturan tegangan dan frekwensi akibat adanya pembangkit intermitan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan advanced monitoring & control system atau battery energy storage system, atau secara umum perbaikan infrastruktur jaringan kelistrikan PLN agar menjadi jaringan cerdas. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/LxvxpYAfe_8?feature=share
Dalam pemapran narasumber yang ketiga Awan Uji
Krismanto, ST, MT, Ph.D. (Dosen FTE ITN Malang) menjelaskan tentang Smart Energy
System Opportunities and Challenges of Renowable (Peluang dan Tantangan Sistem
Smart Energy Terbarukan). Microgrid System. Integrasi generator yang ditenagai
dari sumber energi terbarukan seringkali bervariasi dan tersebar secara
geografis. Karakteristik
utama pembangkit listrik berbasis Energi Terbarukan adalah ketidakpastian dan
intermittency. Biasanya, pembangkit listrik berbasis mereka jauh lebih kecil daripada
pembangkit berbahan bakar fosil. Oleh karena itu, generator kecil harus terhubung
ke jaringan distribusi. Generasi seperti itu dikenal sebagai generasi
terdistribusi atau tersebar . Ini juga dikenal sebagai generasi tertanam karena
tertanam dalam jaringan distribusi. Untuk mengatasi variabilitas, intermittency, dan
ketidakpastian pembangkitan berbasis RE, perlu dilakukan penggabungan cluster
unit DG menjadi satu sistem yang terkontrol dan terkoordinasi sebagai Microgrid.
Definisi kerja dari smart grid. Smart grid adalah
sistem tenaga aliran daya dua arah digital canggih yang mampu menyembuhkan diri
sendiri, dan adaptif, tangguh, dan berkelanjutan, dengan pandangan ke depan
untuk prediksi di bawah ketidakpastian yang berbeda. Ini dilengkapi untuk
interoperabilitas dengan standar komponen, perangkat, dan sistem saat ini dan
di masa mendatang yang diamankan dari serangan berbahaya.
Di pusat inovasi penelitian tenaga surya. Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Energi Surya (Pusat Inovasi Tenaga Surya) sebagai pusat unggulan teknologi atau pusat keunggulan di ITN Malang. Solar Power Innovation Center has a focus for the development of Energy Conversion Technology, Intelligent kendall system, modeling and analysis of solar energy integration to improve the ability of harvesting energy derived from solar energy. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/LxvxpYAfe_8?feature=share
Dalam pemaparan narasumber yang keempat Dr (c) Drs.
Bambang Suharto, M.Kom. (Dosen Universitas STEKOM Semarang) menjelaskan tentang
Implementasi & Rekapitulasi Biaya membangun PLTS - Rumah Tinggal &
Maintenencenya. Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan Presiden Joko
Widodo sangat concern dengan kelanjutan UU EBT. Bahkan presiden mengawasi langsung
kelanjutan pembahasannya dan meminta jajarannya untuk meningkatkan koordinasi
guna mempercepat pengesahan UU.
EBT Thailand tertinggi di ASIA TENGGARA. Thailand.
Thailand menargetkan proporsi EBT sebesar 30% di tahun 2037. 10 gigawatt dari
kebutuhan energi. meningkatkan keuntungan yang didapatkan sebagai produsen EBT
dengan cara menerapkan sistem feed-in tariff (FiT). Sistem ini merupakan
pembelian energi dari produsen oleh pemerintah di atas harga jual pasar. insentif-insentif
sepertipemotongan pajak dan pembebasan dividen bagi perusahaan produsen. RI
mencapai target 23% proporsi energi terbarukan pada tahun 2025.
Pembangkit EBT di Indonesia. Ratusan Mega WATT. contohnya Unit Pembangkitan Saguling, yaitu unit pembangkit yang terdiri dari 7 subunit PLTA di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat hanya memiliki kapasitas total sekitar 700 MW. Kapasitas per PLTA sangat kecil jika dibandingkan dengan 1 buah PLTU seperti PLTU Jawa-7 yang dapat menghasilkan kapasitas sebesar 2 x 1.000 MW. perencanaan PLTU Jawa-9 dan Jawa10 di Suralaya, Banten yang dalam pendanaannya bekerja sama dengan perusahaan dari Korea Selatan. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/LxvxpYAfe_8?feature=share